Mendengar kata ulat tentu banyak pandangan yang akan muncul di benak kita, seperti menjijikan atau geli. Tapi ulat yang satu ini banyak di konsumsi di tempat saya mengabdi di pedalaman Halmahera Utara, bahkan merupakan menu favorit masyarakat. Ulat sagu adalah larva dari kumbang merah kelapa
atau Rhynchophorus Ferruginenus. Binatang ini biasa ada di dalam batang sagu
yang sudah membusuk Larva dari kumbang ini di kenal sebagai Sabeta oleh masyarakat setempa. Apabila ulat sagu dibiarkan hingga menjadi
dewasa maka dia akan berubah menjadi kumbang kelapa, yang nantinya akan
merusak tanaman kelapa, sagu, kelapa sawit, dan enau.
Ulat sagu ini paling banyak hidup di batang sagu yang sudah ditebang, ketika batangnya sudah
membusuk di situlah akan bermunculan ulat-ulat yang tumbuh hingga besar
seperti ukuran jari-jari tangan manusia, berwarna putih, biasanya ulat sagu ini
akan muncul pada batang pohon yang telah selesai ditebang. Dengan
membusuknya batang pohon akan memancing kedatangan kawanan kumbang untuk
bertelur padanya.
Ulat ini selanjutnya dimasak dengan berbagai cara seperti di goreng di buat sate dan sebagainya. Sabeta sebagai makanan yang digemari masyarakat pedalaman ini mengandung banyak protein dan rendah kolestrol. Beberapa kali saya mendapat kesempatan untuk mencoba makanan yang satu ini, namun saya belum berani mencoba. Karena melihat anak-anak yang dengan lahap menikmati sabeta, suatu ketika saya memberanikan diri untuk mencoba. Rasanya agak aneh di mulut, sedikit berlemak, mungkin karena baru pertama kali mencoba. Bagi anda yang ingin mencoba, anda harus berhati-hati karena terkadang dapat mengakibatkan alergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar