Tatunggu atau menanti pendidkan yang layak, kira-kira itulah gambaran harapan anak-anak di pedalaman, khususnya di Desa Soamaetek, Kai, dan Bailengit. Walaupun belum sampai sebulan mengabdi sebagai guru pedalaman Yayasan Tangan Pengharapan Indonesi (YTP), tapi begitu banyak
cerita yang tergores yang menjadi catatan penting dalam hidup saya,
dimana saya belajar begitu banyak hal yang sangat jauh berbeda dari
tempat asal saya Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ditempat ini
pendidikan masih sangat rendah, hal ini tercermin dari adanya siswa yang
sudah duduk di bangku SMP dan SMA tapi belum memhami matematikan
sederhana seperti penjumlahan, perkalian bersusun, dan pembagian. Ada
juga siswa SD kelas IV,V, dan VI yang belum bisa membaca bahkan belum
mengenal huruf dengan baik. Hal ini mungkin bisa di maklumi dengan
guru-guru di sekolah yang ada jumlahnya terlalu sedikit, sehingga guru
yang bukan bidang keahliannya juga mengajar pelajaran lain, hal ini
tentu turut mempengaruhi. Hal ini diperburuk dengan sangat rendahnya
kesadaran orang tua untuk mendukung kemajuan pendidikan anak mereka.
Untuk membeli buku tulis, dan alat tulis saja sangat susah, anak-anak
juga tidak diperhatikan sehingga seringkali anak tidak bersekolah dan
memilih ikut orang tua ke kebun, ke kota dan kegiatan lainnya. Besar harapan saya, suatu saat impian mendapat pendidikan yang layak ini bisa menjadi nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar